Ya, dia adalah CEO kehormatan dan ketua dewan direksi perusahaan Kikkoman. Perusahaan yang diklaim memberikan keamanan dan kenyamanan untuk konsumen dalam mengonsumi makanan Jepang setelah adanya kekhwatiran tentang keamanan produk makanan akibat bencana tsunami pada 2011.
Kendati bencana mengancam, Mogi kembali bangkit untuk mengejar kebijakan keselamatan dalam sebuah produk manufakturing, termasuk untuk mengonfirmasi dan mengusut asal usul bahan baku. Dirinya tak segan melakukan inspeksi secara sukarela demi keamanan para pelanggannya.
"Sebagai hasilnya, konsumen tidak akan ada masalah ketika menggunakan produk Kikkoman," kata Mogi seperti dikutip okezone dari majalah Forbes.
Mogi sendiri mulai bergabung dengan perusahaan Kikkoman pada 1958. Sudah lebih dari 50 tahun dia berkecimpung dalam pembuatan kecap dan bumbu dapur. Mogi pun mempunyai peranan penting dalam mendirikan pabrik pertama Kikkoman di Amerika Serikat (AS) yang berbasis di Wisconsin pada 1973. Di mana ini, hanya dalam rentang waktu tiga tahun saja ia berhasil meraup banyak keuntungan.
Walaupun dia berhasil membangun pabrik Kikkoman, Mogi terkenal rendah hati. Ia dinilai tidak pernah membanggakan keberhasilannya. Sosoknya pun terkenal sebagai sosok yang sederhana. "Saya hanya berpartisipasi," tuturnya merendah.
Keberhasilannya membangun Kikkoman di Amerika juga ternyata tidak membuat dirinya besar kepala. Ini terbukti dari hubungan pribadinya yang dekat dan mendalam dengan masyarakat di jantung Amerika tersebut. "Saya memiliki perasaan yang sangat ramah terhadap AS, terutama Wisconsin," kata Mogi.
Pada 2011 kemarin, Mogi yang telah 16 tahun menjabat sebagai presiden dan CEO Kikkoman ini sadar, kalau perusahaan yang dibangunnya adalah perusahaan yang memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat yang belum tersentuh sebelumnya.
"Saya melihat pergantian lebih dari sehari-hari manajemen perusahaan untuk generasi muda, tapi saya sadar akan kebutuhan untuk menciptakan permintaan yang sering, di mana tidak ada sebelumnya, seperti dalam kasus AS ini," imbuhnya.
Jangan Takut Ambil Risiko
Berangkat dari sana, dia pun memberikan beberapa masukan untuk para pengusaha agar tidak takut mengambil risiko ketika menjalankan usaha. Bahkan, jika gagal, jadikan kegagalan itu suatu pelajaran untuk terus berusaha lagi ke depannya. Hal ini dapat dilihat dari keberanian Mogi untuk bangkit setelah tertimpa bencana dalam bisnis makanan Jepang.
Dia juga mengatakan, dalam membuka usaha harus jeli melihat usaha yang banyak diminati atau banyak permintaan atas usaha itu. Sehingga ini akan memberikan nilai tambah yang tinggi.
"Menciptakan permintaan juga mencakup mengambil risiko, dan saran saya untuk laki-laki dan perempuan yang masih muda untuk merambah ke bisnis. Jangan takut untuk mengambil risiko, bahkan jika Anda gagal, Anda akan belajar dari kesalahan Anda," sarannya.
Perjalanannya bersama Kikkoman selama ini, bagi Mogi mengembangkan bisnis seperti di AS adalah peluang usaha yang besar di dunia. Karena dari pengalamannya, pasar di luar Jepang saat ini mencapai 45 persen dan 60 persen dari pendapatan di luar Jepang yang didapatkan dari kelompok Kikkoman.
"Kita dapat menerapkan model bisnis yang dikembangkan di Amerika Serikat di seluruh dunia," kata Mogi.
Dia pun mendapatkan pelajaran dari mengembangkan Kikkoman di AS, yakni pelajaran mengenai merendam daging dalam kecap sebelum dimasak. Berawal dari itulah, ternyata ide bisnis seperti ini juga dapat tumbuh di pasar Eropa dan bahkan 10 tahun ke depan Mogi optimistis permintaan kecap Kikkoman akan mulai tumbuh di negara lain seperti China dan negara lainnnya. "Kita juga bisa mendekati Amerika Selatan," tukasnya singkat.
Mogi juga optimistis ke depannya Kikkoman yang sangat berbau oriental ini akan memimpin di bisnis grosiran dan akan terus tumbuh sehingga akan menjadi bisnis terkemuka di banyak negara.
"Budaya makanan Jepang menjadi sangat populer di dunia, karena aman, sehat dan juga lezat. Kadang-kadang, makanan sehat tidak lezat dan makanan lezat tidak selalu sehat. Tapi makanan Jepang adalah makanan yang baik sehat dan lezat," pungkasnya. (ade)
0 komentar:
Posting Komentar