Seorang pengusaha yang sudah sukses pun seperti tak pernah bosan untuk terus menggali kemampuan diri mereka dalam menjalankan bisnisnya. Berbekal naluri berbisnis, serta tekad dan kemauan yang keras, mereka pun meraih apa yang sudah menjadi keinginannya.
Begitu pula dengan konglomerat terpandang di Tanah Air, Aburizal Bakrie. Kendati lebih banyak cacian yang menghinggap di dirinya, namun dengan gayanya yang santai, pria yang akrab disapa Ical ini sukses membangun kerajaan bisnisnya.
Namun, bukan orang sukses namanya bila tak pernah merasakan pahitnya dalam membangun kesuksesan. Siapa sangka, pengusaha nasional yang pernah tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia tersebut, ternyata pernah mengalami kejatuhan yang sangat dalam.
Pada 1998, ketika krisis ekonomi melanda dunia, dia mengalami kerugian luar biasa sehingga dililit utang triliunan rupiah. Padahal, kala itu, aset yang dia dimilikinya hanya miliaran rupiah saja. Perbankan yang tadinya sangat menghormati dia, tiba-tiba memandang dia seperti sampah.
Hal itu terungkap dalam ceramah motivasi sukses yang disampaikan Ical, di hadapan 250 mahasiswa dan segenap civitas akademika Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Mansur Pandeglang Banten, akhir pekan lalu.
"Jangan pernah lari dari kesulitan. Kita diuji dengan kisah sukses dan gagal. Dan setiap kesulitan itu harus dihadapi,” ujar pria kelahiran 15 November 1946.
Seperti yang dilakukannya, kata Ical, dia menghadapi masa sulit tersebut dengan tenang, sampai akhirnya dia bisa bangkit lagi seperti saat sekarang. Apa yang membuatnya bangkit, karena dia teringat dengan nasehat ayahnya.
"Membayar utang tidak akan membuat miskin. Kalau tidak bisa bayar utang dengan duit, maka bayar dengan saham, atau surat berharga," ujarnya.
Untuk menunjukkan komitmennya itu, Ical pun menyerahkan semua sahamnya sehingga yang tersisa cuma 2,5 persen. "Ibu saya menjadi sangat sedih karena sesuatu yang sudah dibangun oleh ayah saya sekarang dimiliki oleh orang lain," kisahnya.
Ical juga mengubah gaya hidup. Dia yang tadinya biasa bepergian dengan pesawat pribadi sekarang naik pesawat kelas ekonomi. Dia pun mengajak mahasiswa untuk menanamkan mimpi setinggi langit, tapi kaki tetap berpijak di atas bumi.
"Tanamkanlah keinginan untuk selalu menjadi nomor satu dan menjadi yang terbaik. Tapi kalau impian belum tercapai tidak boleh patah semangat, harus terus berjuang. Kalau adik-adik berusaha menjadi yang terbaik, maka objektif kita ke depan menjadi yang terbaik," ujar Ical pasti.
Ayah tiga anak ini mengingatkan para mahasiswa untuk tidak membiarkan diri memelihara pesimisnya. "Mesti berani berpikir besar. Kalau kita berpikir susah maka susah beneran. Jangan pernah membiarkan diri berada di tempat gelap karena bayangan pun tidak akan menemani kita," ujarnya mengingatkan.
Pengusaha nasional ini memompa semangat para mahasiswa untuk berani menjadi seorang enterpeneur, wirausaha. Untuk memulai usaha tidak harus dengan modal sendiri. Bisa juga dengan memanfaatkan jasa perbankan. Sekarang ada program KUR dari BRI, pinjaman tanpa agunan.
"Uang itu harus bisa beranak-pinak. Yakinkan orang yang punya uang bahwa Anda bisa mengelola usaha yang Anda jalankan dan meraih keuntungan. Sekarang ada program KUR, pinjaman tanpa jaminan. Ingat, kita tidak pernah miskin dengan membayar utang ke bank,” nasehatnya pasti.
Dalam kunjungannya ke perguruan tinggi Islam di Pandeglang itu, Bakrie Untuk Negeri menyerahkan sumbangan tiga buah laptop kepada mahasiswa berprestasi dan 100 eksemplar buku "Anak Sejuta Bintang" yang berisi kisah inspiratif yang diilhami dari kehidupan Aburizal Bakrie. ARB juga meresmikan gedung Sentra Wirausaha STAINMAN Pandeglang.
Sekadar informasi, harta anak sulung dari keluarga Achmad Bakrie ini mengalami penurunan drastis terhadap hartanya. Padahal di 2010, Ical menduduki peringkat 10 jajaran orang terkaya dengan kekayaan sebesar USD2,1 miliar atau setara 57 persen.
Namun pada 2011, bos grup Bakrie tersebut harus puas menduduki peringkat ke-30 dengan kekayaan sebesar USD890 juta. Menurunnya kekayaan pria yang akan mencalonkan diri sebagai presiden di 2014 ini, karena terpaksa menjual sebagian sahamnya di PT Bumi Resources Tbk (BUMI) untuk membayar utang.
Miliarder batu bara yang dinobatkan majalah Forbes menjadi orang terkaya keempat se-Indonesia ini sahamnya meroket, dan membuat dirinya kembali mendapatkan status miliarder pada tahun itu, setelah pada 2008 hampir kehilangan masa keemasan dalam krisis kredit global. (ade)
0 komentar:
Posting Komentar